Minggu, 22 Februari 2009

Litterbug : Sampah Plastik Diolah Jadi Uang


Terbentuknya 10 Kelompok UKM Daur Ulang Surabaya

Program litterbug (daur ulang sampah plastik) perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak terkait. Selain ditujukan untuk mereduksi sampah plastik, program ini juga menawarkan potensi demi pemberdayaan masyarakat kreatif.

Salah satu cara mengkampanyekan program ini adalah melalui pembentukan kelompok UKM daur ulang. Diadakanlah ”Workshop Pemberdayaan Perempuan Melalui Pemanfaatan Sampah Kering”. Program kerjasama Surabaya Green And Clean dan Komunitas Ibu Bersinar Sunlight ini, digelar di Gedung Utama Balai Pemuda. Turut hadir, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya, Ir Hidayat Syah serta Ketua Dekranasda Kota Surabaya (Dewan Kerajinan Seni Daerah), Tjahyani Retno Wilis.

Selama dua hari (22 dan 23 Oktober 2008), 10 cikal bakal kelompok UKM daur ulang Surabaya mendapat materi sekaligus praktek pembuatan daur ulang. Peserta juga diasah sense of businessnya terhadap peluang usaha di bidang daur ulang. Hadir sebagai pembicara, Baling Kustriyono,MM. (Bisnis dan Motivasi) dari Magister Managemen UNAIR dan Ellya (Desain Produk Tas Plastik Bekas) dari Desain Produk ITS.

”Kami menginginkan, dua hari pelatihan ini bisa menjadi bekal bagi peserta. Selain mengembangkan kreatifitas juga jiwa bisnisnya, sehingga mampu menambah perekonomian”, ujar Yasmin selaku koordinator program litterbug Surabaya.

Di akhir pelatihan, peserta mendapat ”pinjaman” stimulan berupa mesin jahit high speed guna mengoptimalkan kinerja kelompok UKM yang telah terbentuk. ”Mesin ini adalah hak sepuluh kelompok UKM dan sifatnya pinjaman, jika memang tidak dioptimalkan kami akan mengalihkan kepada yang lebih berhak”, tegas Yasmin.

Lebih lanjut Yasmin menjelaskan, dalam perkembangannya sepuluh kelompok UKM menunjukkan perkembangan pesat. Jika sebelum pelatihan, kebanyakan daur ulang yang dihasilkan kurang mempertimbangkan kualitas dan kekuatan barang. Kini, setiap membuat daur ulang harus benar-benar diperhatikan kualitas, mutu, model dan kekuatan barang. Maklum, karya-karya ini akan masuk pasaran dan bersaing dengan ”produk toko” lainnya.

Uniknya, selama dua hari pelatihan peserta hanya diajarkan membuat 2 jenis tas, yaitu small bag dan godiebag. Namun, kini para UKM mampu menghasilkan tas dengan berbagai model dan ukuran. Bahkan, ada yang sampai membuat katalog berisi model-model tas berikut ukuran dan harganya.

Dalam sehari, setidaknya satu kelompok daur ulang yang beranggotakan 10 orang mampu menghasilkan 2 – 3 tas. Bahkan, ada pula yang bisa menghasilkan hingga 10 tas. Dari sisi ekonomis, 10 UKM yang ada telah merasakan hasil penjualan kerajinan daur ulang. Minimal, satu kelompok UKM dalam sebulan bisa menghasilkan 300 – 500 ribu rupiah. Bahkan, untuk kelompok yang sudah maju, bisa menghasilkan hingga jutaan rupiah. ”Semua tergantung sejauh mana kelompok UKM tersebut mampu memberdayakan anggotanya. Lebih baik lagi jika bisa menyerap tenaga kerja”, ujar Yasmin.

Namun begitu, beberapa kendala masih dirasakan. Diantaranya, pengadaan bahan dan jalur pemasaran rutin. Selama ini, hasil kerajinan baru dipasarkan dari ”mulut ke mulut” dan agenda pameran.(adi/jar)

Semoga Menjadi Inspirasi...

Tidak ada komentar: